Catettt... Rafflesia Bunga Langka se Dunia Terbanyak Tumbuh di Agam Lohhh..

Menarik Nobar dan diskusi digelar Chanel youtube Interes tentang bhnga rafflesia, Sabtu 11 Juni 2022 di Padang. (dok/ncu)
Menarik Nobar dan diskusi digelar Chanel youtube Interes tentang bhnga rafflesia, Sabtu 11 Juni 2022 di Padang. (dok/ncu)

FIXSUMBAR - Bunga rafflesia selalu punya daya tarik sendiri bagi sebagian besar orang. Selain dilindungi, bunga ini juga tak bisa tumbuh di sembarang tempat.Di Sumatera Barat, daerah yang kaya potensi Rafflesia sebagai bunga langka sedunia paling banyak tumbuh bunga di Kabupaten Agam.

Kekayaan potensi bunga rafflesia ini semakin menarik setelah seorang warga di Palupuh Agam menangkar bunga bangkai ini sejak tahun 2000.Joni Hartanto, pria paruh baya yang menangkar bunga rafflesia di pekarangan rumahnya. Tahun 2009, bunga pertama mekar di luar habitatnya dan telah belasan kali mekar hingga saat ini. Keberhasilan itu turut menjaga kelestarian puspa raksasa itu di masa mendatang.

Melihat potensi ini, kanal Youtube Interes menggelar nonton bareng (nobar) kisah Joni Hartanto menangkar bunga rafflesia yang sudah tayang di kanal itu.Nobar pun berlanjut dengan diskusi bertema “Potensi dan Tantangan Raflesia serta Biodiversity Sumatera Barat” Sabtu 12 Juni 2022 malam di Fabriek Bloc Padang.

Ada empat narasumber hadir di Nobar dan diskusi itu, mereka; Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Ayam (BKSDA) Resor Maninjau sekaligus Pengaja Ekosistem Hutan BKSDA Sumbar Ade Putra, Kepala Jurusan Biologi Universitas Andalas Dr Wilson Novarino, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Indira Suryani dan Jurnalis Mongabay Indonesia Jaka HB.Founder Interes, Aidil Ichlas mengatakan kegiatan ini upaya menumbuhkan perhatian besar dari publik termasuk pemerintah, terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Sumatera Barat. Menurutnya, Interes juga terus berkomitmen untuk menghadirkan konten atau tayangan yang berkualitas dan punya nilai edukasi.

"Ini persoalan yang penting, tidak hanya bagi bagi kalangan tertentu, namun juga untuk masyarakat, generasi muda karena hutan dan alam ini akan diwariskan kepada anak cucu kita kelak," katanya saat membuka kegiatan tersebut.Kepala BKSDA Agam, Ade Putra dalam pemaparannya menyampaikan bahwa selama lima tahun terakhir pihaknya terus mengumpulkan data rafflesia, didapati bunga ini tumbuh setidaknya di 14 kabupaten kota, yang tersebar 36 titik. Khusus untuk Agam itu terdapat 16 titik sebaran.

Dengan potensi sebesar itu, lanjutnya Sumbar harusnya menjadi rumah bagi bunga rafflesia. Sebab jika dibandingkan dengan Provinsi Bengkulu yang selama ini menjadi daerah dengan branding bunga rafflesia, itu potensi di daerah Sumbar lebih tinggi."Data yang ada, sebaran bunga rafflesia di Bengkulu itu ada 20 titik," jelasnya.

Rafflesia sendiri selama ini lebih dikenal di Bengkulu, karena ditemukan dan dipublikasikan lebih awal, yakni tahun 1818, sementara di Sumbar pada 1928."Ini juga bukan klaim dari kita soal kuantitasnya, namun kami pernah mengundang seorang ahli dari Bengkulu dan ia mengakui bahwa potensi di Sumbar sangat luar biasa," ujarnya.

Ketua Jurusan Biologi Unand, Wilson Novarino mengatakan hal senada, potensi bunga rafflesia di Sumbar sangat tinggi dan menurutnya banyak yang belum tergali."Tak perlu jauh-jauh, di Padang ini kita bisa temui bunga rafflesia, di Taman Hutan Raya Bung Hatta misalnya di sana juga tumbuh bunga rafflesia, kemudian di Ulu Gadut juga," sebutnya.

Namun demikian, ia mengapresiasi upaya Joni Hartanto dalam penangkaran raflesia. Sebab menurutnya terlepas dari upaya pelestarian di alam atau habitat asli bunga rafflesia, usaha konservasi di luar itu juga penting."Jadi keduanya sama-sama penting, apalagi kalau alam tidak dijaga, atau rantai dari penyebaran rafflesia terputus, tentu upaya konservasi sangat dibutuhkan," jelas Wilson.

Selain rafflesia, kata Wilson, juga banyak kekayaan alam lain di Sumbar. Seperti misalnya populasi burung yang beragam, setidaknya di provinsi ini terdapat 319 Jenis burung yang tersebar di 22 lokasi.Kekayaan alam Sumbar, lanjutnya juga selaras dengan kehidupan masyarakat Sumbar sejak dahulu. Kehidupan sosial masyarakat banyak sekali mengambil nilai-nilai dari alam. Seperti misalnya ukiran 'itiak pulang patang' yang terinspirasi dari itik yang berbaris rapi saat hendak pulang ke kandangnya.

Editor : Fix Sumbar
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini