Oleh: Ilhamsyah Mirman
Founder Ranah Rantau Circle
DATA survei Kemenhub per Maret 2022 menyebutkan 1,8 juta pemudik merayakan Idul Fitri di Sumatera Barat. Waooo….
Tapi apa benar sebesar itu, dan sejauh mana kesiapan masyarakat menyambut sekaligus menarik manfaat, patut untuk dikaji.
Sejarah mudik atau pulang kampung menikmati masa libur lebaran bagi orang Minang bukan hal yang baru. Sejak saisuak, ‘vacantie’ di zaman ‘normal’, maso bagolak, hingga zaman now, tak pernah habis cerita indah perjalanan religi ba rirayo. Sudah menjadi tradisi tahunan dan melekat erat dalam perilaku sosial masyarakat Minangkabau.
Terlebih dua tahun belakangan ini, larangan mudik untuk mencegah pandemi covid-19 menyebabkan kerinduan mendalam tak tertahankan. Dengan berbagai jalan diupayakan jua bertemu orang tua dan sanak keluarga di kampung.
Seiring perkembangan teknologi, moda transportasi yang digunakan untuk ‘vacantie’ terus berubah. Kalau di zaman ‘kuna’ (kuno) kapal laut jadi andalan. Lalu bus, pesawat terbang, hingga belakangan ini penggunaan kendaraan pribadi mendominasi.
Kapal Bagowonto, Batanghari hingga seri Tampomas melegenda bagi urang merantau maupun pulang kampung. Dari lagu Teluk Bayur Ernie Djohan bisa terasa betapa indah dan penuh kenangan perjalanan menggunakan kapal laut. Sedangkan dari lagu Sinar Riau atau Oto APD bisa menggambarkan prosesi perjalanan jalur darat menggunakan bus.
Kejadian mudik nyaris berulang setiap tahun ini bisa berimplikasi luas, baik bagi para perantau yang pulang, masyarakat di ranah maupun pemerintah daerah sebagai penanggungjawab.
Kesiapan Gubernur beserta jajarannya tampak dari serangkaian rapat koordinasi melibatkan para pemangku kepentingan, secara menyeluruh maupun koordinasi sektoral, termasuk di bidang keamanan dan rekayasa lalu lintas. q
Bagi kalangan dunia usaha, terutama sektor pariwisata, tentu informasi ini di respon dengan positif, dilihat dari bermunculannya sejumlah wahana baru.
Perbaikan maupun pembangunan fasilitas dilokasi destinasi wisata tampak dikebut. Demikian pula BPPD Sumbar yang baru saja dilantik, langsung Gercep bersama TPP Dewi Sumbar untuk menangkap peluang ini. Mempromosikan habis-habisan.
Kejelian Menparekraf Sandiaga Uno mengumumkan ADWI 2022 berdekatan dengan hari raya menjadi faktor penting betapa keberpihakan pada pengembangan terutama desa wisata jadi prioritas. Tinggal bagaimana lebih jeli lagi pelaku usaha atau Pokdarwis menjemput bola mengajak pengunjung singgah dan berlama-lama ditempatnya.
Diyakini waktu untuk bersilaturahmi terbuka luas, sehingga masih ada jeda memanfaatkan kebersamaan keluarga dengan berlibur ke ‘rumah nenek’. Bisa berupa homestay, cottages atau villa mungil sesuai kearifan lokal di Sumatera Barat. Termasuk glamping seperti yang dilakukan Presiden Jokowi di Titik Nol Ibukota Negara. Seluruhnya tersedia.
Sekalipun kesiapan masyarakat untuk menyambut kedatangan sanak dari rantau sampai sejauh ini belum tampak dipermukaan. Biasanya jauh hari telah diumumkan akan ada pulang basamo, sehingga keluarga di kampung bersiap menyambut.
Rombongan keluarga atau yang berkonvoi se nagari memakai lambang organisasi rantau beriring sepanjang lintas Sumatera, sayup-sayup mulai terdengar. Namun organisasi seperti Sulit Air Sepakat (SAS), Solok Saiyo Sakato (S3), Keluarga Kamang Saiyo, PKDP, KKTD, IKPS, dll belum terpantau informasi tentang pergerakan pulang kampungnya. Mungkin dampak pandemi dan aturan mudik dari pemerintah yang kerap membingungkan. Disamping tentu kondisi ekonomi yang belum stabil.
Meski agak diragukan angka 1,8 jt pemudik ini, terlebih kalau didetailkan melalui perbandingan jumlah kendaraan yang masuk Sumatera Barat, namun untuk membangkitkan ghirah ba rirayo rasanya sah sah saja. Dengan satu catatan, jangan pula kita salah mengambil langkah karena asumsi data melenceng. Oleh karenanya perlu sedikit kajian pembanding agar informasi ini bisa sikapi dengan arif berselimutkan optimisme.
Dari segi kesiapan infrastruktur tampak perbaikan jalan, pemasangan rambu, dan perapihan bunga/pohon di beberapa titik, terutama jalur vital Padang-Bukittinggi-Payakumbuh. Sebagai barometer utama, kelancaran perjalanan di ketiga kota ini sangat menentukan penilaian keberhasilan penanganan manajemen mudik.
Aspek perilaku masyarakat, menyangkut kebersihan, ketertiban dan pelayanan, serta kemudahan informasi bagi pengunjung untuk menikmati perjalanan mungkin perlu dicermati dengan seksama.
Jangan sampai ke’usil’an membuat keluarga kita tak nyaman. Perlu rasa saling menghargai sekaligus menyadari betapa kehadiran mereka adalah berkah bagi masyarakat di ranah. Menimbulkan kesadaran ini hendaknya dilakukan secara terus menerus hingga menjadi ‘habit’.
Respon positif yang diiringi sikap proaktif Pemprov menyambut perantau ini termasuk istimewa, di tengah situasi seperti saat ini. Harapannya, masyarakat bisa memanfaatkan fenomena libur lebaran dengan lebih kreatif untuk meningkatkan income.
Yang tidak bisa dilupakan, untuk senantiasa menumbuhkan sikap kehati-hatian para pengunjung, karena cuaca acap kali berubah tiba-tiba.
Selamat hari raya Idul Fitri,… mari pulang kampung, bersilaturahmi sambil pakansi.. (***)
Komentar