“Untuk itu kita harus mengawal para budayawan, mengawal para seniman agar pemikiran-pemikiran tentang seni dan budaya Sumatera Barat ini tetap terjaga. Kita dalam hal ini tidak hanya masyarakat, khususnya pemerintah daerah. Kita harapkan kehadiran pemerintah daerah dalam hal mengawal budayawan dan seniman. Salah satunya dengan memfasilitasi tempat mereka berkreasi, tempat mereka berinovasi, tempat mereka berdiskusi. Selama ini ya di Taman Budaya, yang ada di Jalan Diponegoro,” ungkapnya.
Jadi perlu perhatian bersama agar Taman Budaya yang sedang dibangun tetap memikirkan fungsi-fungsi yang selama ini telah ada. Ada teater utama, bioskop, gallery, labor musik, tari, perpustakaan. Serta tempat rapat dan diskusi tetap ada di Jalan Diponegoro tersebut. “Aneh rasanya jika Sumatera Barat tidak punya Taman Budaya,” pungkasnya.
Hadir pada pertemuan yang didahului makan siang itu wartawan dan sastrawan senior Khairul Jasmi, penyair Yeyen Kiram yang dikenal sebagai aktifis Cagar Budaya, koreografer tari Internasional Ery Mefri, Angga Djamar, penyair Syarifuddin Arifin, Andrea C Tamsin, Nasrul Azwar, Trikora Irianto, Jeffnil St Pandeka, koreografer Deslenda, Filhamzah, Dadang Leona, Hermawan An, teaterwan Rizal Tanjung, Muslim Noer, Fauzul elNurca, Kamal Guci, dan masih banyak lainnya. (*)
Komentar