Wartawan Dulu, Kini dan Kedepan Tetap Pejuang

Foto Adrian Toaik Tuswandi

SOLO atau Surakarta terus menorehkan sejarah panjang perjalanan jurnalis bangsa.

Sabtu 4 Oktober 2025, di gedung bersejarah insan wartawan se republik, Monumen Pers Nasional, dikukuhkan Pengurus PWI Pusat masa tugas 2025-2030.

Pengurus Pusat ini dihasilkan lewat KLB digelar di Cikarang Jawa Barat dengan tagline KLB Persatuan, 30 Agustus 2025.

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dicetus di Surakarta pada 9 Februari 1946, selanjutnya hari itu diputuskan menjadi Hari Pers Nasional oleh Kepres 5 Tahun 1985.

PWI dilahirkan di Solo 79 tahun lalu itu, tidak sekedar guyuban pepesan, tapi didirikan oleh tokoh pers penjuang, para good founders PWI waktu itu tidak jurnalis kacangan, tapi lavel pers pejuang terpatri di diri mereka, tracking atas goresan penanya jadi fakta, bahwa mereka mengkoarkan rebut kemerdekaan, proklamasi, dan pertahankan kemerdekaan Merdeka atau mati sampai ke relung rakyat bangsa tidak lepas dari andil wartawan.

"Wartawan itu sampai kapan pun adalah pejuang, wartawan dibutuhkan oleh bangsa dan negara," itu sepenggal pidato Menkomdigi Mutya Hafid pada sambuatan pengukuhan Pengurus PWI Pusat 2025-2030 di Surakarta.

Wartawan tetap menjadi pilar ke 4 demokrasi di Indonesia, wartawan bak benteng dan nilai demokrasi pada literasi publik, wartawan itu cahaya kebenaran atas persatuan bangsa.

Pers bekerja sesuai dengan UU Pers, Kode Etik Wartawan Indonesia, tidak membuat berita hoaks dan SARA, anggota PWI harus menjadi corong dan kontrol atas pelaksanaan program negara yang dijalankan pemerintah untuk maju dan sejahtera.

Hampir 2 tahun PWI Pusat lumpuh karena sengkerut sengketa kepengurusan, pemerintah tegas, selama 2 tahun PWI di 'take down' berkegiatan. Bahkan Markas PWI Pusat di Kebon Sirih pun digembok rantai.

Komdigi mengakui PWI adalag aset negara, sayang dibiarkan larut dalam pertentangan, kalah jadi abu menang jadi arang.

Banner Munas VI Nevi
Bagikan

Opini lainnya
Terkini