Wartawan Dulu, Kini dan Kedepan Tetap Pejuang

Foto Adrian Toaik Tuswandi

Mutya Hafid yang memiliki DNA jurnalis tampil menjadi negisator dan mediasi ulung sehingga digelarkah KLB Persatuan di Cikarang.

Kini dari kota pers pejuang (Surakarta) PWI Pusat periode tugas 2025-2030 resmi dikukuhkab oleh Ketum Ahmad Munir, disaksikan Menkomdigi dan Wamenkomdigi, Dewan Pers, Wawako Surakarta dan Dirjen IKP Komdigi.

"PWI adalah rumah besar wartawan nasonal, dua tajun rumah ini sempat guncang, tapi lewat jalur konstitusi organisasi, hari ini rumah besar ini kita teguhkan untuk kokoh berdiri lagi,"ujar Ketum PWI Pusat Ahmad Munir pada pidato pengukuhannya.

Silahkan wartawan berkarya hebat untuk Indonesia maju dan sejahtera, goresan tinta pers tidak sama demgan cuitan metizen di media sosial. Wartawan bekerja digariskan pada panduan redaksi yang menyandar kepada UU Pers, Kode Etik Wartawan atau Jurnalis, dan memenuhi standar chek and balance.

Cara kerja pers itu lah yang menjadikan wartawan tidak terpinggirkan oleh hingar bingar informasi non pers di media sosial.

Penulis menukilkan, bahwa profesi sebagai wartawan adalah pers pejuang, hari ini kita berjuang untuk wartawan sejahtera di tengah disfungsi dan disnarasi berita yang jauh dari kaidah-kaidah jurnalistik.

Terus terang, profesi wartawan tetap dipercaya karena tingkat kecerdasan masyarakat dalam memaknai sebuah narasi berita di atas rata-rata. Banyak pembaca hari ini, saat baca berita sudahh tahu ini hoaks, SARA atau pesanan untuk pencitraan seseorang.

Sudahlah, kita kokohkan lagi rumah besar wartawan Indonesia dengan karya yang tidak diragukan kejurnalistisannya.

Selamat bekerja PWI Pusat periode tugas 2025-2030, #SalamPers Pejuang. (*)

Banner Munas VI Nevi
Bagikan

Opini lainnya
Terkini