Sumatera Utara, banjir san longsor melanyau delapan kabupaten di sini. Tapanuli Tengah dan Selatan terparah. Kedua wilayah berada di sisi Barat, Bukit Barisan. Menjadi bagian dari Pantai Barat Sumatera. Punya topografi yang tidak datar, subur dan curah hujan ang tinggi.
Sumbar, seolah didesak oleh Bukit Barisan ke Pantai Barat, sehingga agak sempit. Di daerah yang sempit itu, banyak sungai yang bermuara ke Pantai Barat atau Samudera Indonesia. Sungai itu pendek-pendek saja. Airnya deras, batunya banyak dan tebingnya curam. Berbanding terbalik dengan sungai yang bermuara ke Pantai Timur Sumetara, misal Batang Hari dan Sungai Musi, panjang, santai dan berbelok-belok.
Pantai Barat dan Timur di Sumatera seperti saudara kembar yang punya gaya berbeda. Pola hidup penduduk yang tak sama. Barat lebih gampang melibat jajaran Bukit Barisan. Tapi, mereka selalu berkata, “ kami anak Sumatera.”
Masa depan
Ini soal masa depan tiga provinsi yang dihempas nasib nan sama di ujung 2025. Setelah dibuatkan huntara, maka disusul huntap dan menata hidup kembali. Memulai dari nol. Membangun rumah tidaklah susah, tapi mendirikan rumah tangga di atas rumah itu, bukanlah pekerjaan gampang. Bagi mereka, keduanya sekarang sama susahnya. Namun, dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi ketiga daerah itu, sesudah musibah, akan meningkat, karena banyak uang masuk.Ke depan, mungkin tak semua masalah akan terurai, karena memang bak serabut. Hidup mesti berjalan terus, seperti jarum jam yang berputar. Lalu, Padang- Medan - Banda Aceh akan terus terhubung oleh bus-bus malam. Sepanjang jalan rumah makan buka terus. Warga satu kota dan lainnya akan saling kunjungi.
Lalu ujung sejarah kontemporer bangsa ini, meliuk bagai selendang penari. Dari Sabang Sampai Merauke, ikatan geografis kita, yang sudah jadi lagu itu, salah satu tiangnya adalah Sumatera. Kita memang satu bangsa satu nusa. Satu tanah air. (*)