Aceh Tamiang, Kalian tidak Sendiri

Foto Khairul Jasmi

“Kalian tidak sendiri,” sebuah tulisan mencolok di sebuah mobil niaga dari Medan melaju di jalan raya Tamiang. Antar bantuan, muatanya penuh.

“Ya kami tidak sendiri,” sebut Wulan. Memang hari-hari ini, bejibun orang datang ke Tamiang membawa bantuan.

Gerimis berhenti. Warga hilir mudik dengan motor, banyak yang memakai masker, karena debu beterbangan. Selain melaju dengan kendaraan, sejumlah lainnya duduk depan rumah atau warung. Anak-anak berdiri di tepi jalan yang sama mengharap receh. Mereka anak-anak sekolah yang terpaksa berhenti dulu, disebabkan sekolahnya dimasuki lumpur yang ganas.

Wulan tidak tahu sepenuhnya bagaimana kondisi anak-anaknya sekarang. Walikelas III ini, prihatin pada warga terkena musibah. Namun, ia optimis, Aceh Tamiang pasti bangkit.

Di Aceh Tamiang, 88 warga meninggal dan di tiga provinsi 3.188 fasilitas pebdidikan rusak. Di Tamiang juga, 439 sekolah rusak. Semua perabot dan isinya berantakan. Dari angka itu, 73 rusak berat, 306 sedang dan 60 lainnya rusak ringan. Lalu, ada 58 unit sekolah yang aman.

Aceh Tamiang hari ke-33 pascabanjir, memang lelah. Musibah yang datang di luar perkiraan. Saat ini jumlah pengungsi di Aceh Tamiang sekitar 150 ribu orang, untuk merekalah huntara dibangun. Memang banyak sekali rumah di tepi jalan saja, apalagi di dalam kampung yang ditinggal begitu saja karena tak mungkin lagi didiami. (*)

Banner WIES 2025 1
Bagikan

Opini lainnya
Terkini