PADANG - Sebanyak 450 bibit mangrove dan 37 bibit pinago ditanam di kawasan Pantai Jambak, Kota Padang, Minggu (28/9/2025), dalam kegiatan Aksi Naturavita x EnviroXplore yang melibatkan 100 relawan. Aksi ini menjadi upaya nyata pelestarian ekosistem pesisir dengan dukungan Rumah Zakat, Asik.id, serta Pengawasan Mangrove Pasia Nan Tigo.
Kehadiran berbagai elemen tersebut menunjukkan pentingnya sinergi komunitas, mahasiswa, komunitas dan lembaga masyarakat dalam merawat lingkungan.
Kegiatan dibuka dengan sambutan oleh Safarina, perwakilan Rumah Zakat, yang menekankan pentingnya kepedulian bersama terhadap keberlanjutan ekosistem pesisir. Acara kemudian dilanjutkan dengan doa bersama agar aksi penanaman berjalan lancar dan membawa keberkahan bagi lingkungan dan semua orang yang merasakan manfaatnya.
Momentum ini semakin bermakna dengan pemaparan materi dari Dr. Ir. Eni Kamal, M.S., pakar mangrove yang telah berkecimpung sejak tahun 1991. Dalam paparannya, Eni menjelaskan bahwa jenis pohon yang ditanam adalah bakau, salah satu komponen utama ekosistem mangrove yang hidup di kawasan pasang surut laut.
“Penanaman mangrove tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga mempererat kebersamaan mahasiswa lintas program studi untuk bekerja sama dalam menjaga alam. Mangrove mampu menyerap karbon dan menghasilkan oksigen lima kali lebih banyak dibanding tumbuhan darat lain,” kata Eni.
Ia menambahkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia disarankan menanam hingga 6.000 hektar mangrove untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menjaga keseimbangan ekologi. Selain itu, Eni mengapresiasi antusiasme para mahasiswa dan mengundang mereka untuk melanjutkan penelitian terkait mangrove di Universitas Bung Hatta.Setelah sesi edukasi, kegiatan berlanjut dengan aksi nyata: penanaman mangrove di kawasan pantai. Sebanyak 487 bibit (450 mangrove dan 37 pinago) dibagi ke dalam enam kelompok volunteer.
Setiap kelompok menanam rata-rata 75 bibit mangrove, dengan teknik penanaman lima bibit dalam satu lubang agar tumbuh lebih optimal. Kegiatan ini dipandu langsung oleh koordinator lapangan serta penanggung jawab program yang memastikan proses penanaman berjalan sesuai standar.
Eni menekankan bahwa butuh waktu lebih dari satu tahun agar bibit bakau dapat tumbuh maksimal. Meski membutuhkan proses panjang, langkah ini menjadi pijakan awal bagi terbentuknya dua kampung mangrove di Sumatera Barat yang diharapkan mampu menjadi pusat edukasi sekaligus kawasan ekowisata.
Harapan untuk Generasi Mendatang
Editor : Fix Sumbar