Mimpi Seorang Anak Kampung, Menuju Sarjana

Foto Fardianto

Catatan : Bagian 1

Di sebuah kantin kampus, aku bertemu dengan Satria, teman seperjuanganku dulu. Wajahnya sedikit muram, berbeda dari biasanya.

"Satria,,, Lama nggak ketemu. Kok sekarang jarang kelihatan di kampus?," kataku.

"Aku udah nggak kuliah, Bro. Keadaan nggak mendukung. Orang tua makin kesulitan, dan aku harus kerja buat bantu keluarga," ujarnya sambil tersenyum kecil.

"Aku paham, Satria… Aku juga hampir di posisi itu. Tapi aku putuskan tetap kerja sambil kuliah. Berat banget, tapi aku nggak mau nyerah," kataku.

"Kamu hebat. Aku nggak sanggup ngejalanin dua-duanya sekaligus. Capek kerja, terus harus mikirin tugas, ujian. Aku nggak bisa," katanya.

"Nggak ada yang mudah. Aku juga sering hampir nyerah. Begadang ngerjain tugas habis pulang kerja, kadang nggak punya cukup uang buat bayar semesteran. Tapi aku paksa diri buat lanjut," kataku lagi.

Aku akui perjalanan kita beda, tapi aku yakin kamu juga bakal sukses dengan caramu sendiri. Yang penting, jangan berhenti berusaha.

Satria pun tersenyum lebih lebar, dan kami saling menepuk pundak. Aku tahu, perjuangan belum selesai, baik untukku maupun untuknya.

Itulah sedikit percakapan singkat antara aku dengan seorang teman kampus yang akhirnya dia putuskan berhenti. Nah, aku yang ingin tetap menyambung kuliah. Akhirnya aku bekerja sambil kuliah untuk tetap harus berjuang meraih impian tersebut.

Banner Munas VI Nevi
Bagikan

Opini lainnya
Terkini