JAMBI - Langkah besar menuju pertanian berkelanjutan kembali lahir dari lereng Gunung Kerinci. Koperasi Produsen Petani Alam Korintji (ALKO) bekerja sama dengan perusahaan Jepang Saka no Tochu Co., Ltd, mendapat dukungan dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI) untuk meluncurkan studi kelayakan dekarbonisasi rantai pasok kopi dan rempah di Kabupaten Kerinci, Jambi.
Peluncuran yang digelar di kantor Koperasi ALKO ini dihadiri oleh Bupati Kerinci, Monadi, S.Sos., M.Si, yang menyatakan dukungan penuh agar Kerinci menjadi sentra “Kopi Ramah Karbon” pertama di Indonesia, Senin (20/10/2025).
Kegiatan ini juga menandai ekspor kulit manis (cinnamon) dari Kerinci ke Kobe, Jepang, menggunakan sistem traceability berbasis blockchain yang menjamin transparansi dan pengurangan emisi karbon.
Dalam sambutannya, Bupati Monadi mengapresiasi langkah ALKO dan mitra Jepang sebagai upaya konkret membangun pertanian hijau. “Kami ingin kegiatan ini memberikan nilai tambah bagi kopi Kerinci dan mendorong riset benih unggul khas daerah,” ujarnya.
Pemerintah daerah, lanjutnya, siap mendukung inovasi yang tidak hanya berorientasi ekspor tetapi juga menjaga lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Perwakilan Saka no Tochu Co., Ltd, Yukiko Isayama, menjelaskan bahwa studi ini merupakan bagian dari program internasional Green Transformation (GX) Model Project untuk menekan emisi karbon di sektor pertanian.“Kami mendukung pengembangan label ‘Kopi Kerinci Ramah Karbon’ sebagai simbol produksi bertanggung jawab terhadap bumi,” katanya.
Proyek ini akan mengukur jejak karbon dari kebun hingga ke konsumen menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). ALKO juga telah menerapkan sistem QThink-X Blockchain Traceability dan mengembangkan agroforestri serta teknologi biochar untuk meningkatkan penyerapan karbon di tanah.
Langkah dekarbonisasi ini memperkuat posisi Kerinci di pasar global dengan kepatuhan terhadap regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR). Melalui kerja sama ini, Kerinci menegaskan diri sebagai pelopor pertanian karbon positif di Indonesia, mengusung semangat “Preserves Nature and Empowers People.” (*)
Editor : Fix Sumbar