JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI, Hj. Nevi Zuairina, menyoroti proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (Whoosh) yang dinilai berpotensi menjadi white elephant project megah dan berbiaya tinggi, namun manfaatnya belum sepadan. Ia menilai kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang terus merugi menunjukkan perlunya langkah korektif yang lebih mendasar.
“Saya di Fraksi PKS mendorong pemerintah melakukan restrukturisasi besar melalui skema joint operation dan spin-off operator Whoosh agar proyek ini bisa beroperasi secara efisien dan transparan,” kata Nevi, dalam keterangan yang diterima, Kamis (23/10/2025).
Legislator asal Sumbar II ini menjelaskan, saat ini struktur kepemilikan KCIC masih didominasi oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (60%) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd (40%). Menurutnya, entitas baru seperti Danantara perlu diberi ruang masuk ke manajemen dan pengelolaan proyek, baik melalui pembelian saham (buyout), divestasi, maupun joint operation strategis.
“Danantara bisa menjadi investor strategis yang memperbaiki tata kelola dan membuka peluang investasi jangka panjang tanpa menambah beban utang negara,” ujarnya.Nevi menerangkan, bahwa Fraksi PKS juga mengusulkan empat langkah strategis: pertama, renegosiasi pinjaman dengan China Development Bank agar tenor diperpanjang dan bunga lebih ringan; kedua, optimalisasi pendapatan non-tiket melalui pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD) di sekitar stasiun; ketiga, rekapitalisasi proyek melalui _sovereign wealth fund_ (Danantara/INA); dan keempat, privatisasi sebagian saham KCIC agar tata kelola lebih transparan.
“Proyek ini harus menjadi aset produktif, bukan beban fiskal jangka panjang. Pemerintah harus berani membuka opsi baru agar Whoosh menjadi contoh keberhasilan, bukan simbol pemborosan,” ucapnya. (*)
Editor : Fix Sumbar